Jumat, 18 Juli 2014

Indonesia Diminta Belajar Demokrasi Dari Rakyat Bangsa Papua Barat

Jubir KNPB Bazoka Logo (tengah), dan Ketua I KNPB Agus Kossay (kanan) memberikan keterangan pers (Foto: Agus Pabika/SP)
PAPUAN, Jayapura --- Setelah melihat dan menyaksikan proses pesta demokrasi di tanah Papua, baik dalam Pemilihan Umum Legislatif, maupun Pemilihan Umum Presiden, maka tingkat pemahaman rakyat bangsa Papua Barat soal demokrasi sangat baik. 
“Semua melakukan aksi boikot Pemilu secara demokratis, damai dan bermartabat. Indonesia perlu belajar demokrasi dari kami," ungkap Juru Bicara Nasional Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Bazoka Logo, saat memberikan keterangan pers di Museum Expo, Waena, Papua, Senin,  (14/7/14) siang tadi.
Menurut Bazoka, Rakyat bangsa Papua Barat sangat sadar, mengerti, dan tahu asal-usul mereka, sehingga telah menunjukan sikap penyangkalan terhadap negara kesatuan republik Indonesia.
“Usai Pilpres, situasi tetap aman dan kondusif, dan kita suda lihat bersama rakyat tidak memberikan hak politiknya. Juga tidak ada yang melakukan tindakan anarkis dan kriminal.” 
“Kenyataan ini berdasarkan laporan pengurus KNPB Wilayah se-Tanah Papua. Kami menilai proses Pemilu kemarin benar-benar gagal total,” tegas Bazoka.
Terkait pernyataan pejabat di tingkat Provinsi, maupun aparat keamanan yang menyatakan Pilpres berhasil, menurut Bazoka, hal itu merupakan sebuah pembohongan publik.
“Kami meminta pemerintah tidak boleh lagi melakukan pembohongan kepada pemerintah pusat, dan rakyat, sebab kenyataannya  dalam Pilpres kemarin sikap rakyat bangsa Papua Barat sangat jelas, yakni tolak berpartisipasi,” kata Bazoka.
Sementara itu, Ketua I KNPB, Agus Kossay menambahkan, Indonesia sebagai negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)  harus menghargai hak penentuan nasib sendiri rakyat bagsa Papua Barat melalui referendum.
“Pada hari ini tanggal 14 Juli 1969, awal Indonesia melanggar hak politik dan hak demokrasi di Papua melalui pelaksanaan Pepera 1969. Pertama kali dilakukan di Merauke, dan hasilnya cacat hukum dan Moral,” kata Kossay.
KNPB juga menyinggung tentang penangkapan sewenang-wenang yang dilakukan aparat TNI, maupun Polri terhadap beberapa pengurus KNPB dan Parlemen Rakyat Daerah (PRD) di berbagai wilayah tanah Papua.
“Segera bebaskan mereka tanpa syarat, sebab mereka tidak melakukan kekerasan dan tindakan kriminal. Mereka tidak menghasut, namun mengajak untuk tidak ikut Pilpres 9 juli 2014 secara damai dan bermartabat,” kata Kossay.
Dikatakan, keputusan boikot Pilpres merupakan agenda yang disepakati dalam sidang tahunan II PNWP, dan telah di instruksikan kepada KNPB pusat dan KNPB wilayah se-Tanah Papua untuk melakukan mobilisasi terbuka.
“Kepada pihak kepolisian, harap membebaskan para tahanan tersebut tanpa syarat. Mereka tidak bersalah,” tutup Kossay.
AGUS PABIKA

Sumber :  www.suarapapua.com

ADU MULUT DENGAN MAHASISWA FIJI, NICOLAS MESSET DINILAI KEKANAK-KANAKAN

Suva,6/3 (Jubi) – Nicolas Meset, salah satu dari Trio Papua yang memperkuat delegasi Indonesia berkunjung ke Fiji untuk mempromosikan Otonomi Khusus di Papua dinilai kekanak-kanakan oleh peserta kuliah umum di Fiji National University.
Penilaian sikap kekanak-kanakan ini terjadi karena Nicolas Meset sempat adu mulut dengan seorang mahasiswa peserta Kuliah Umum tentang Otonomi Khusus Papua yang dibawakan oleh Trio Papua, Siriel Mofu, Franzalbert Yoku dan Nicolas Messet di Fiji Nasional University, Suva, Kamis (6/3).
Mahasiswa Fiji Nasional University bernama Rodney tersebut, tiba-tiba mengajukan pertanyaan tentang beberapa berita pembunuhan terhadap Orang Asli Papua.
“Bagaimana dengan berita yang berkembang mengenai pembunuhan di Papua yang tersebar melalui media massa? tanya Rodney dalam sesi tanya jawab di akhir presentasi dari Trio Papua ini.
Bukannya menjawab pertanyaan mahasiswa tersebut, Nicolas Meset malah balik mempertanyakan kebenaran informasi tersebut dengan nada keras. “Kamu dapat informasi itu dari mana. Saya tidak tahu.” kata Meset dengan tegas dan nada yang keras.
Mahasiswa Fiji ini juga mempertahankan argumennya dan tetap meminta klarifikasi.

“Saya menyaksikannya melalui telepon genggam saya sebelum datang menghadiri pertemuan ini?” ujar Rodney memberikan argumentasinya.
Adu mulut yang terjadi hampir satu menit itu akhirnya diredakan oleh Franz Albert Yoku. Mantan wartawan Post Courier ini mengambil alih mic dari Nicholas Messet untuk mengakhiri debat antara Meset dan Rodney.
Nicolas Meset sempat meminta nomor telpon Rodney dengan maksud akan menjelaskan situasi di Papua secara pribadi melalui telepon.
Nelson, salah satu mahasiswa yang mengikuti kuliah umum itu mengatakan sikap Meset itu sangat kenak-kanakan. “Dia tidak cocok jadi diplomat. Datang ke negeri orang bicaranya kasar,” kata Nelson dengan wajah serius.
Nelson menyimpulkan sikap yang dipertunjukkan oleh Nicholas Meset sebagai sikap sedang menyembunyikan sesuatu.

“Kami bisa menilai ada sesuatu yang mereka sembuyikan.” ujar Nelson. (Jubi/Mawel)

MILITER INDONESIA LAGI-LAGI MENEMBAK MATI SEORANG GADIA DI YAHUKIMO

Yalli  Bahabol, Korban Pembunuhan di YahukimoYahukimonews: pada senin, 14 Juli 2014 di Yahukimo seorang gadis di  temukan tewas di dekat kantor komisi pemilihan umum daerah (KPUD) Yahukimo. Kabak, salah seorang warga yang juga keponakan (Baca : Mama Ade) korban, membenarkan hal itu. Kabak yang dihubungi via ponselnya pada sore itu, kepada yalivoice kabak menjelaskan, pada sore hari (13/7) korban keluar rumah, hingga pagi. Sudah larut malam, kami tidak cari lagi. Korban juga belum punya handphon sehingga mau hubungi dia susa. Jelanya.
Pada 14 juli 2014, penemuan sosok gadis ditemukan di dekat kantor KPUD yahukimo. Kantor tersebut jaraknya sekitar tiga (3) kilo dari rumah korban. Korban sendiri tinggal di pemukiman jalur satu, dekai.
Polisi dari satuan polres yahukimo evakuasi jasad korban hingga di rumah sakit umum daerah dekai. Ribuan orang datang menyaksikan korban yang terkuyur darah. Saat penemuan mayat, keluarga korban maupun seluruh warga dekai sulit memastikan korban. Hal itu dikarenakan korban adalah orang baru turun dari pedalaman yahukinmo. Korban baru bebera hari di dekai. Jelasnya.
Lambat laun cek semua keluarga satu persatu, ternyata Yalli Pahabol putri dari Bapak Salmon Pahabol tidak ada. Korban adalah putri dari bapak Pahabol. Akuinya,
Di rumah sakit, kata kabak, polisi melarang untuk warga memasuki kamar mayat dengan alas an korban dalam keadaan telanjang. Jadi tidak semua orang masuk untuk memastikan korban. Namun nyatanya korban tidak seperti yang katakana polisi. jelasnya.
Setelah memastikan korban adalah putri dari Salmon Pahabol. Korban kemudian di bawa ke rumah duka di jalan pemukiman jalur satu.
Korban di duga dibunuh oleh lebih dari satu orang. Hal itu terlihat dari beberapa tanda-tanda penganiayaan yang terdapat pada tubuh korban. Korban juga diduga sempat melakukan perlawanan. Namun apa daya, wanita ibarat bangsa yang lemah, akhirnya berakhirlah sudah nyawa korban di tangan para pelaku.
Korban dibunuh oleh para pelaku dengan menggunakan senjata tajam (setam) korban ditikam pisau. Pisau dari bagian kiri pinggang tembus kanan, tulang leher di patahkan dengan menggunakan balok. Mata korban dicunggil dan di hancurkan dengan batu. Setelah itu para pelaku mengikatnya dengan tali lalu di tarik terus sampai di sebuah tempat di kilo tiga dekat kantor KPU baru.
Tempat kejaadian perkaran (TKP) jauh dari pemukiman warga, tiga kilo meter dari tempat warga bermukim sehingga para pelaku melakukan penganiayaan hingga penghilangan paksa nyawa dengan leluasa. Jelas kabak dengan nada sedi.
Ketika ditanya sebab apakah korban dibunuh, kabak menjelaskan korban di bunuh oleh lebih dari satu orang. Pelakunya adalah berinial MW, orang Biak. Tapi bukan dia sendiri, dibekang dia pasti ada yang lain. Motif pembunuhannya jelas, korban dibunuh. MW, sebelumnya mempunyai network dengan kopasus dan densus 88 di wilayah itu. MW, kata kabak, perna ke Ninia untuk sengsor kayu. Saat MW disana, Korban menjadi pembantu.
Korban sudah kenal lama dengan pelaku di Ninia. Hanya saja belum tahu hubungan antara korban dan pelaku. Korban di duga dibunuh karena hampir membongkar rahasia pelaku di Ninia. Jelasnya.
Salah seorang saksi yang namanya enggan diberitakan dalam media ini mengatakan dirinya sempat melihat korban sore itu . korban sampai di onggo tomas, disitu seseorang tiba-tiba menghentikan mobilnya di depan korban lalu menawarkan korban naik mobil. Korban menolak tawaran itu, para pelaku terus membujuk hingga Korbanpun naik mobil pelaku. DS mobilnya tidak ada, korban naik mobil lalu mereka pergi, entah mau bawa kemana? Kami dengan berita hari ini, korban ditemukan tewas. Jelasnya.
Identitas Korban.
Nama                              : Yalli Pahabol
Tempat & Tanggal lahir      :Tanggeam, 7 Juni 1998
Umur                               : 16 Tahun
Jenis kelamin                   : Perempuan
Suku bangsa                    : Yali Angguruk
Pekerjaan                        : Pelajar
Status                           : Belum Kawin
Korban Meninggal karena mengalami luka berat di bagian Mata Kiri, di pipi terdapat dua tusukan serius, bagian punggung terdapat tikaman hingga tembus dari kiri ke kanan, tulang leher korban di patakan dan otak belakang peca.
Walaupun demikian, kasus tersebut sejauh ini tidak ada penangan serius dari pihak kepolisian. Polisi tidak menjelaskan kepada keluarga hasil dari oleh TKP kepada keluarga begitu juga dokter dari rumah sakit dekai, mereka tidak sampaikan hasil otopsi. Beberapa luka yang disebutkan di atas dipantau langsung oleh pihak keluarga maupun semua warga saat korban di ruang mayat di RSUD Dekai.
Pembunuhan secara sewenang-wenang oleh berinial MW terhadap Yalli Pahabil warga Papua asal Yahukimo ini bukan baru. Sebelumnya seorang PNS asal Biak yang bertugas di Yahukimo, pada 11 juni 2013 bekerja sama dengan Densus 88.
Nobeth yang merupakan anak buah (PNS BIAK) yang diduga menerima uang suap kemudian ia bekerja sama dengan densus 88 dan menculik Nobeth di depan Gereja Metanoya Dekai. Video Kesaksian Nobeth disini:   http://www.youtube.com/watch?v=jSrkyNNGLRo
Orang Biak itu di bayar oleh kopasus untuk kerja sama dalam penculikan activist papua Merdeka di Yahukimo, hingga sekarang. Activis Papua merdeka sudah kantongi Identtas pelaku, hanya saja tunggu waktu.
Kali ini kiliran yalli Pahabol. Korban dibunuh oleh MW , Warga Biak. Karena hampir ketahuan rahasia (free Sex) MW pasang Intel dan kopasus. MW, menggunakan mobil yang sering digunakan densus 88 di wilayah. Mobil itu tanpa DS (nomor Polisi). Motif pembunuhannya sama dengan penculikan Nobeth Magayang pada 2013 lalu. MW, juga merupakan angota intel yang di tugaskan oleh militer Indonesia untuk menjadi spionase Indonesia. Hingga berita ini ditulis belum ada laporan tentang penguburan jenaza korban.
Notes: Ingat bahwa pembunuhan terhadap rakyat yahukimo khusus dan orang pegunungan tengah umumnya yang dilakukan oleh orang-orang pantai, misalnya orang Biak, orang Sentani, orang jayapura dan sebagainya adalah kerja intelejen dan agenda utama Indonesia, agar dengan begitu mereka dapat mengotak-kotakan orang Papua gunung dan papua pantai. Dan disitulah akan tercipta konflik horizontal.
Kami mengimbaukan kepada para pemerhati hak asasi manusia di dunia bahwa; papua berada dalam ancaman serius oleh Negara dan militer Indonesia. Tolong kami dan selamatkan nyawa kami.

Sabtu, 05 Juli 2014

SERUAN " UNTUK ORANG PAPUA YANG SIBUK KAMPAYE KLONIAL INDONESIA

Ketua Umum KNPB Victor Yeimo (foto Pribadi Fb)
Perhatian untuk orang-orang Papua yang terlena dan sibuk kampanye Capres Jokowi dan Prabowo!
Engkau mau sibuk sampai banting tulang juga, Indonesia tidak butuh 2 juta suara orang Papua dibanding 187 juta suara di daerah lain Indonesia. Indonesia hanya butuh kepatuhan anda dalam Pilpres agar mereka dapat menunjukan kepada dunia bahwa orang Papua setia pada Penjajah yang sedang menjajah West Papua.
Uang dan jabatan dalam kolonial Indonesia tidak akan menyelamatkan anda, keluarga, suku dan bangsamu dari laju pemusnahan yang sedang terjadi. Sangat memalukan dan memilukan bila anda sibuk suksesi Pilpres, sementara hari-hari di depan mata: orang Papua terus dibunuh seperti binatang, tanah dan sumber daya alam anda terus dikuasai dan dirampok. 

Saudaraku! Pilihan ada pada anda; Apakah tunduk dan mati dalam kolonialisme Indonesia? atau berdiri dan melangkah maju untuk menentukan nasib anda sendiri! Keselamatan bangsa papua ditentukan oleh sikap dan tindakan anda hari ini!

Salam erat-erat!
Victor Yeimo
Penjara Abepura

MAMA PAPUA DITANGKAP KETIKA BAGI SELEBARAN BOIKOT PILPRES INDONESIA

BAGI SELEBARAN BOIKOT PILPRES 2014, IBU UMI WERFETE ANGGOTA KNPB KAIMANA, DITANGKAP POLISI.
 
Kaimana News. Kepolisian Rebuplik Indonesia Polres kaimanan kembali melakukan penagkapan satu anggota KNPB Kaimana pagi ini.
 
KNPB Kaimana melaporkan penagkapan tersebut melalui telfon mengatakan bahwa, polres kaimana menagkap anggota kami di pertokoaan kota kaimana tegasnya.
 
Kali ini menjadi korban penangkapan sewenag-wenang adalah IBU UMI WERFETE anggota KNPB Kaimana.
Penagkapa terhadap ibu Umi Waefete pada hari ini sabtu tanggal 05 Juli 2014 pada pukul 09,30 wpb.
 
Polisi menagkap terhadap anggota KNPB pada saat dia membagikan selebaran boikot pilpres 09 juli 2014, yang dikeluarkan oleh KNPB Kaimana. Ibu Umi Werfete saat ini masih di tahan di polres Kaimana.
 
Tolong advokasi , sementara itu 7 aktivis KNPB Timika yang di tangkap kemarin belum dibebaskan sehingga siang ini Pimpinan PRD Timika dan Ketua KNPB Timika STEVEN ITLAY akan ke polres Mimika untuk menanyakan penahanan dan penagkapan 7 Aktivis KNPB Wilayah Mimika tersebut.

Menjelang Pemilihan Presiden Indonesia 9 Juli 2014, seperti yang terjadi di beberapa daerah di tanah Papua, sejumlah anggota KNPB di tangkap karena membagi selebaran bikot Pilpres .  Hari ini di Kaimana terjadi Pengkapan terhadap seorang anggota KNPB Kaimana atas nama ibu Umi W. Safisa. Berikut Kronologis Kejadian

1.      KRONOLOGIS PENANGKAPAN
Û    Nama Korban
Korban Penangkapan bernama Ibu Umi W. Safisa
Û    Alasan Penangkapan
Pembagian Selebaran Boikot Pilpres 9 Juli 2014.
Û    Tempat
Kejadian atau peristiwa penangkapan terjadi di Depan pertokoan Kaimana Kota
Û    Hari dan Tanggal
Sabtu, 05 Juli 2014
Û    Waktu
Peristiwa penangkapan terjadi sekita Pukul 09.30
Û    Keterangan singkat :
Sekitar pukul 08:00, Polresta kaimana mengirim sejumlah pasukan yang berseragam preman menuju ke rumah Ibu Umi Werfete, namun mereka tidak menemukan karena Korban telah keluar dari rumah. Sehingga pada sekitar Pukul 09.30 sejumlah anggota menggeledah Korban (ibu Umi Werfete) di depan pertokoan Kaimana yang sedang membagi-bagi selebaran Boikot Pilpres.
Saat kejadian itu berlangsung, seorang anggota KNPB (Sepi Surbay) mencoba melakukan pembelaan terhadap Ibu Umi, namun anggota kepolisian resort Kaimana ini membawa ibu ke kantor kepolisian resort kaimana untuk ditahan.
Setelah peristiwa penanggapan itu terjadi, pukul 10.00, Sepy Surbay anggota KNPB melaporkan peristiwa itu kepada Media KNPB sehingga informasi ini di teruskan kepda seluruh anggota KNPB dan PRD Kaimana.

2.      KRONOLOGI SIKAP KNPB DAN PRD KAIMANA
Menyikapi peristiwa penangkapan tersebut, anggota KNPB dan PRD Kaimana mendatangi Kantor Kepolisian Resort Kaimana untuk menyelesaikan persoalan terkait penangkapan itu. Berikut kronologi  dari sikap KNPB dan PRD Kaimana :

Û    Nama Kejadian    :
Sikap KNPB dan PRD dalam terhadap Penangkapan anggota KNPB (Ibu Umi Werfete)
Û    Tanggal     dan  waktu :
Sabtu, 05 Juli 2014. Masa KNPB dan PRD Kaimana tiba di Polres Kaimana sekitar Pukul 01.30
Û    Tempat     :
Kantor Kepolisian Resort Kaimana.
Û    Tujuan      :
Ingin mempertanyakan alasan dan dasar dari penangkapan anggota KNPB atas nama Ibu Umi W. Safisa
Û    Tentang Kejadian
Setelah tiba di Polres Kaimana, masa KNPB dan PRD meminta kepada anggota kepolisian resort kaimana yang bertugas untuk memanggil Kapolres untuk berdialog dengan Masa. Saat di panggil oleh bawahannya, Kapolres Kaimana AKBP.H.R.SITUMEANG S.iK setelah mendengar tujuan kedatangan rombongan KNPB dan PRD, beliau mengambil sikap keras dengan mengusir bubar secara paksa rombongan KNPB dan PRD. Beberapa aggota kepolisian sempat melakukan dorongan keras kepada sejumlah anggota dan dalam peristiwa itu juga, seorang anggota Kepolisian Resort Kaimana memukul Ketua KNPB Kaimana Ruben Furay di depan jalan masuk Polresta Kaimana.
Tindakan ini di nilai bahwa Kepolisian Resort Kaimana tidak memiliki dasar untuk berargumentasi terkait selebaran Bikot Pilpres, sehingga sikap Kapolres Kaimana kepada masa tidak tunduk kepada Kovenan internasional tentang Hak Sipil dan Politik.
Dalam proses pembubaran secara paksa Kepolisian Resort kaimana ini, terdengar bahasa dari salah satu anggota Polres Kaimana yang berbunyi kita perang. Bahasa ini, merupakan sebuah ancaman dan juga intimidasi yang betul-betul terjadi dengan keras untuk mengamankan agenda Pilpres 09 Juli nanti.
Û    Kutipan Bahasa Kaplres Kaimana saat menghadapi Masa.
-          Kami menahan dia Karena MembGi selebaran Boikot Pilpres
-          Saya tidak peduli dengan orang tua siapapun yang ada di KNPB atau Parlemen (PRD) Sudah cukup saya hargai kalian.


ONES SUHUNIAP
SEKUM KNPB PUSAT